Pages

Sabtu, 11 Agustus 2012

Kantin Sehat Sekolah – tidak “Sehat” ?

Kantin Sehat Sekolah – tidak “Sehat” ?

Oleh : Drs. Irwan Parawansa.

Belum lama ini Gubernur Sulawesi Selatan H. Syahrul Yasin Limpo bersama walikota Makassar H. Ilham Arief Sirajuddin dilapangan Karebosi telah mencanangkan salah satu kegiatan yakni Gerakan Makan Telur, minum Madu dan Susu - terhadap anak sekolah untuk seluruh tingkatan SD, SMP dan SMA. Sedikitnya kegiatan yang dihadiri Pemerhati anak Seto Mulyadi dihadiri kurang lebih 500 siswa sekota Madya Makassar. Syahrul dalam sambutannya menyebut program ini sangat penting untuk direspont dalam upaya mencerdaskan anak didik kedepan. Bahklan Beliau menghimbau untuk seluruh kabupaten di Sulawesi Selatan agar ikut serta mensukseskan gerakan tersebut.

Jika mengamati gerakan tersebut sebenarnya sangatlah excelent- bahkan penulis menilai gerakan ini sedikit terlambat. Sebab berbagai kantin yang ada di sekolah -sekolah yang mana menjadikan sasaran siswanya sebagai pembeli utama, setelah personil guru yang ada dalam lingkungan sekolah sangat tidak mampu memenuhi kelayakan sebagai makanan sehat dan layak dikomsumsi siswa, dalam rangkaian prespektif mencerdaskan bangsa kedepan. Banyak menu yang dijual – tidak steril – bahkan cenderung makanan yang disiapkan untuk dijual sama sekali jauh dari upaya menghindari resiko kesehatan buat anak sekolah. Sebagai contoh Kue-kue jadi yang diberikan zat pewarna – roti yang diproduksi sendiri yang bahannya tidak sesuai standar kesehatan yang ada serta minuman yang sebenarnya tidak layak untuk siswa, demikian juga Nasi Ayam, Mie Bakso dan Batagor semua ini juga perlu diteliti bahan mentahnya. Akibatnya banyak siswa yang kadang usai mengkomsumsi mengalami sakit perut, muntah-muntah bahkan Disentri. Ini adalah resiko yang secara langsung dialami oleh siswa – belum yang mempengaruhi zat-zat yang kerjanya lamban dan resikonya akan dirasakan dalam jangka waktu tertentu – misalnya zat yang menyerang usus atau jantung maupun hati manusia yang biasanya nanti terasa setelah setahun atau bulanan. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengetengahkan masalah ini untuk diketehui dan dibahas hingga pemerintah, para pengelolah sekolah dan orang tua siswa bisa lebih tajam membahasnya untuk diberikan pengertian para semua pengusaha kantin yang ada disekolah. Hal ini penting – jangan kita terbuai pada hal-hal sepele padahal dapat merusak kecerdasan dan perkembangan anak didik yang nantinya juga akan beresiko pada Bangsa dan Negara.

Pengelolah Kantin Idealnya Diseleksi.

Masalah yang dibahas diatas sebenarnya sangatlah sederhana dan telah dipahami para Kepala sekolah maupun guru dan tenaga administrasi sekolah. Sayangnya hal ini tidak diperdulikan karena memang apa yang dialami akibat jajan siswa dikantin, kadang tidak terexpose ke masyarakat. Mungkin lewat tulisan bisa dipahami resiko dan penting seleksi para pengelolah kantin yang masuk dalam wilayah sekolah. Memang ada kelemahan selama ini, karena para pengelolah kantin – ada hubungan dengan Kepala sekolah paling tidak – keluarga, kolega atau ada insentif untuk dibagi-bagi buat kesejahteraan guru dari pengelolah kantin. Bahwa sanya unsur tersebut diatas ada – tidaklah juga merupakan masalah besar – yang penting apa yang di hidangkan untuk dijajankan oleh siswa diberi tuntunan, pembinaan hingga benar-benar memenuhi unsur kesehatan. Namun jika karena unsur diatas, lantas tidak mampu berbuat ini yang tidak benar. Hasil pengamatan penulis dari sejumlah sekolah yang memiliki kantin refresentatif tampaknya pemiliknya hanya satu orang. Mereka mendatangi semua sekolah dan bernego dengan Kepsek untuk mendirikan kantin dilingkungan sekolah. Payahnya karena orang yang disinyalir bertebaran kantinnya dikota Makassar ini diberbagai sekolah adalah juga istri mantan PNS dari Diknas. Dengan kondisi ini ada kesan monopoli dan dagangannya pun semaunya dan tidak mampu kepala sekolah mengontrol dengan baik – apa layak dikomsumsi siswa atau tidak. Yang memprihatinkan lagi harga yang dipasang untuk siswa – khususnya buat sekolah sekolah SMP dan SMA favorit tidaklah murah bahkan naik hingga 50 persen dari harga pasaran umum. Inilah kondisi yang perlu sama – sama kita cermati sebagai tanda sayang pada anak didik kita sebagai penerus masa depan Bangsa dan Negara. Jangan kita hanya membiarkan sesuatu hal yang tidak “Benar” dalam hal perdagangan kue dikantin sekolah yang bisa merugikan siswa. Sekilas memang persoalan apa yang dijual pedagang kantin sekolah sepele namun ini sangat berbahaya – apalagi sudah ada semacam mafia kantin yang sengaja ingin menguasai hadirnya kantin disekolah-sekolah.

Akhirnya marilah kita cermati secara bersama apa yang dijual para pengelolah kantin – demi menjaga kesehatan siswa dan menghindari adanya monopoli perdagangan menu disekolah sekolah. Kini saatnya kita berantas dan tidak memberi ruang hidup pengusaha yang licik di lingkungan sekolah.



Catatan : Penulis adalah Alumni Penataran Kantin Sehat yang dilaksanakan Diknas Kota Makassar 2009.

0 komentar:

Posting Komentar